Uji Coba MUK sebagai Instrumen Strategis, Universitas Mulia Perkuat Sertifikasi Kompetensi yang Relevan, Adaptif, dan Inklusif
“Materi Uji Kompetensi (MUK) bukan sekadar alat uji administratif, melainkan instrumen strategis yang memetakan relevansi kurikulum dengan kebutuhan riil dunia kerja. Ketika sertifikasi diintegrasikan ke dalam kurikulum, capaian kompetensi mahasiswa tidak hanya diakui secara internal, tetapi juga mendapat legitimasi formal di tingkat nasional. Inilah komitmen Universitas Mulia: mencetak lulusan yang bukan sekadar bergelar sarjana, melainkan sumber daya unggul yang siap mengisi ruang-ruang strategis pembangunan IKN dan industri masa depan.” — Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si. (Rektor Universitas Mulia)

Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, saat menerima kunjungan Tim Humas UM dan menjawab sesi wawancara terkait pelaksanaan uji coba Materi Uji Kompetensi (MUK) di White Campus UM, Balikpapan
Humas Universitas Mulia, 29 Juli 2025 – Di tengah kebutuhan mendesak akan lulusan yang benar-benar kompeten dan relevan dengan kebutuhan industri, Universitas Mulia melaksanakan uji coba Materi Uji Kompetensi (MUK) di gedung white campus, Universitas Mulia Balikpapan, Senin (28/7). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Universitas Mulia sebagai bagian dari proses validasi skema baru yang akan diajukan ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Para asesor LSP Universitas Mulia — Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., Dr. Ivan Armawan, S.E., M.M., dan Nandha Narendra Muvano, S.E., M.M. — berdiskusi santai mengenai instrumen asesmen dalam uji coba MUK
Kepala UPT LSP UM, Dr. Mada Aditia Wardhana, S.Sos., M.M., menyampaikan bahwa uji coba ini bukan sebatas prosedur administratif, melainkan proses evaluatif terhadap ketepatan instrumen asesmen yang digunakan. “Kami menguji apakah instrumen yang dikembangkan betul-betul bisa mengukur kemampuan nyata asesi sesuai standar SKKNI. Ini bukan soal lulus atau tidak, tapi soal memastikan alat ukurnya tepat,” ungkapnya.
MUK, dalam konteks ini, berfungsi bukan hanya sebagai alat ukur teknis, tetapi sebagai instrumen akademik yang merefleksikan apakah kerangka pembelajaran yang disusun benar-benar sejalan dengan kompetensi kerja yang dibutuhkan pasar.

Para peserta (asesi) mengikuti uji coba Materi Uji Kompetensi (MUK) dengan fokus dan serius. Kegiatan ini bertujuan menguji ketepatan instrumen asesmen terhadap standar kompetensi berbasis SKKNI dan OBE.
Rektor Universitas Mulia, Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ahsin Rifa’i, M.Si, menegaskan bahwa pelaksanaan uji coba ini memiliki nilai strategis dalam memperkuat pendekatan Outcome-Based Education (OBE) yang diterapkan kampus secara sistemik.
“MUK menjadi titik temu antara pendekatan berbasis capaian dan tuntutan riil dunia kerja. Ia bukan hanya mengukur hasil belajar, tetapi juga memvalidasi apakah kurikulum kita cukup relevan dan aplikatif,” tegasnya.
Lebih lanjut, Rektor menyatakan bahwa proses sertifikasi kompetensi semestinya tidak berdiri terpisah dari kurikulum. Integrasi ke dalam pembelajaran formal akan menghasilkan pengakuan eksternal yang kredibel terhadap capaian mahasiswa. Sertifikasi bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian dari arsitektur pembelajaran.
“Ketika sertifikasi menjadi bagian dari penilaian mata kuliah, ia otomatis mendukung Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), memperkuat keterpakaian lulusan, dan memberikan kontribusi langsung terhadap kualitas pendidikan,” tambahnya.
Selain memperkuat sistem mutu internal, integrasi ini juga memiliki implikasi langsung terhadap penguatan portofolio technopreneur mahasiswa, karena sertifikasi dapat menjadi bukti kompetensi dalam proyek inovasi, proposal bisnis, maupun kemitraan dengan industri.
Menjawab Ketimpangan Akses: Sertifikasi untuk Semua
Salah satu aspek krusial dalam implementasi sistem sertifikasi adalah menjamin pemerataan akses. Mahasiswa dari kampus PSDKU seringkali menghadapi keterbatasan teknis dan administratif. Universitas Mulia tidak menutup mata terhadap masalah ini.

Para Peserta (Asesi) Sedang Melakukan Uji Materi MUK
Rektor menjelaskan bahwa universitas menggunakan pendekatan integratif berbasis data, dengan memperkuat dukungan infrastruktur, skema pembiayaan yang inklusif, pelatihan pendampingan, serta pemantauan berbasis sistem digital yang memungkinkan kendali mutu secara menyeluruh.
“Distribusi akses bukan masalah teknis semata, tapi soal struktur sistem. Maka, solusi kami juga berbasis sistem, bukan sekadar kebijakan lokal,” ujarnya.
IKN dan Posisi Universitas Mulia dalam Peta Kompetensi Nasional
Konteks pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi latar penting dari transformasi ini. Universitas Mulia menyiapkan diri sebagai penyedia SDM kompeten yang tidak hanya siap kerja, tetapi memiliki legitimasi formal melalui sertifikasi yang diakui nasional.
“Kami ingin memastikan lulusan Universitas Mulia tidak hanya dicatat sebagai sarjana, tetapi sebagai tenaga kompeten yang diakui oleh industri dan dapat bersaing di sektor-sektor strategis IKN,” ungkap Rektor.

Para Peserta (Asesi) Sedang Melakukan Uji Materi MUK
Upaya ini diperkuat dengan pengembangan kemitraan bersama LSP, dunia usaha, dan mitra Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang dinamis dan berbasis kebutuhan lapangan. Sertifikasi dijadikan sebagai pintu masuk, bukan sebagai tujuan akhir.
Humas UM (YMN)